Kamis, 21 Januari 2016

ILMU SOSIAL DASAR (Tugas Periode 3)



BAB IX ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, DAN KEMISKINAN

9.1     Ilmu dan Empat Sikap Ilmiah

      Ilmu pengetahuan merupakan himpunan informasi yang berupa pengetahuan ilmiah tentang gejala yang dapat dilihat, dirasakan, atau dialami. Gejala tersebut dapat berupa gejala alam (seperti angin, air, gempa bumi, ombak, gerak benda, dsb.) atau gejala sosial (seperti masyarakat bangsa, unjuk rasa, kemiskinan, kemakmuran, keterasingan, dsb.), ataupun gejala pikir, yang abstrak wujudnya, seperti konsep-konsep tentang bilangan dan himpunan di dalam matematika. Masalah yang menjadi perhatian di dalam aktifitas ilmu pengetahuan adalah pencarian kejelasan dan perumusan penjelasan mengenai struktur, fungsi dan pola-laku gejala-gejala, baik gejala alam, gejala sosial, maupun gejala pikir.

      Tujuan ilmu pengetahuan dapat dibedakan menjadi dua macam berdasarkan alirannya, yaitu:
·         Pengembangan ilmu pengetahuan untuk keperluan ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu sebatas untuk memenuhi rasa keingintahuan manusia.
·         Ilmu pengetahuan pragmatis. Aliran ini meyakini bahwa pengembangan ilmu pengetahuan haruslah dapat memberikan menfaat bagi manusia dalam pemecahan masalah kehidupan.

      Sikap ilmiah adalah sikap yang seharusnya dimiliki oleh setiap ilmuwan dalam melakukan tugasnya (mempelajari, meneruskan, menolak/menerima serta mengubah/menambah suatu ilmu). Untuk mencapai suatu pengetahuan yang ilmiah dan obyektif diperlukan sikap yang bersifat ilmiah, yang meliputi empat hal yaitu :

·         Tidak ada perasaan yang bersifat pamrih sehingga menacapi pengetahuan ilmiah yang obeyktif.

Selektif, artinya mengadakan pemilihan terhadap problema yang dihadapi supaya didukung oleh fakta atau gejala, dan mengadakan pemilihan terhadap hipotesis yang ada.

·         Kepercayaan yang layak terhadap kenyataan yang tak dapat diubah maupun terhadap indera dam budi yang digunakan untuk mencapai ilmu.

·         Merasa pasti bahwa setiap pendapat, teori maupun aksioma terdahulu telah mencapai kepastian, namun masih terbuka untuk dibuktikan kembali.

9.2     Teknologi dan Ciri-Ciri Teknologi, Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Nilai

      Teknologi adalah sesuatu yang berhubungan dengan proses produksi, menyangkut cara bagaimana berbagai sumber, tanah, modal, tenaga kerja dan keterampilan dikombinasikan untuk merealisasi tujuan produksi. Ciri-ciri teknologi barat adalah sebagai berikut:
·         Bersifat Intensif pada semua kegiatan manusia.

·         Cenderung bergantung pada sifat ketergantungan.
·         Selalu berpikir bahwa barat adalah pusat dari segala teknologi.
      Ilmu Pengetahuan yaitu sesuatu yang secara teratur diperoleh dengan pangkal tumpuan tertentu dengan sistematis, metodis, rasional/logis, empiris, umum dan akumulatif serta memiliki arti atau makna tersendiri bagi penerimanya. Sedangkan nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia.

9.3     Kemiskinan

      Penggambaran mengenai kemiskinan biasanya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan pokok dalam hidup sehari-hari seperti pangan, pakaian,tempat berteduh, dll (Emil Salim 1982). Penentuan batas minimum pendapatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok dapat dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu :
·         Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan.
·         Posisi manusia dalam lingkungan sekitar.
·         Kebutuhan objektif manusia untuk dapat hidup secara manusiawi.

      Penentuan ukuran ini mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

·         Tidak memiliki faktor produksi sendiri  seperti tanah, modal, keterampilan, dsb.
·         Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri, seperti untuk memperoleh tanah garapan atau modal usaha.
·         Tingkat pendidikan rendah, tidak sampai tamat Sekolah Dasar karena harus membantu orangtua untuk mencari tambahan penghasilan.
·         Kebanyakan masyarakat desa sebagai pekerja serabutan.
·         Banyak yang hidup di kota berusia muda dan tidak memiliki keterampilan.

      Kemiskinan secara umum dapat dikategorikan menjadi tiga unsur :
·         Kemiskinan yang disebabkan oleh mental seseorang.
·         Kemiskinan yang disebabkan oleh bencana alam.
·         Kemiskinan struktural atau biasa disebut kemiskinan buatan, baik pada struktur ekonomi, politik, sosial, maupun kultur.

9.4     Pendapat Mahasiswa Mengenai Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Kemiskinan

      Pada saat ini Ilmu Pengetahuan Teknologi atau yang biasa disebut IPTEK sangat berkembang pesat. Pengembangan IPTEK ini sendiri sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia saat ini. Salah satunya teknologi saat ini dapat membantu mempermudah manusia dalam menyelesaikan pekerjaan. Selain itu, pengembangan IPTEK ini juga untuk keperluan ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu sebatas untuk memenuhi rasa keingintahuan manusia.

      Menurut saya, di Indonesia perkembangan IPTEK belum setara dengan perkembangan ekonomi yang ada. Masih tingginya angka kemiskinan, masih banyak pula masyarakat yang belum dapat merasakan efek perkembangan teknologi yang ada. Masih rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya modal untuk usaha seseorang di Indonesia merupakan salah satu faktor yang mendukung masih tingginya angka kemiskinan. Jika hanya mengandalkan bantuan pemerintah saja tidak cukup untuk menghapus kemiskinan tetapi harus ada keinginan yang kuat dan action dari individu itu sendiri untuk terus maju dan meningkatkan taraf hidupnya.

Referensi :

SOAL

1. Ciri-ciri kehidupan dibawah garis kemiskinan, kecuali..

A. Kemiskinan yang disebabkan oleh mental seseorang
B. Kemiskinan yang disebabkan oleh bencana alam
·         C. Kemiskinan struktural atau biasa disebut kemiskinan buatan, baik pada struktur ekonomi, politik, sosial, maupun kultur.
       D. Kemiskinan fluktasi, terjadi kenaikan dan penurunan pada suatu gejala sosial*

       2. Sesuatu yang berhubungan dengan proses produksi, menyangkut cara bagaimana berbagai sumber, tanah, modal, tenaga kerja dan keterampilan dikombinasikan untuk merealisasi tujuan produksi disebut..

       A.  Ilmu Pengetahuan
       B. Teknologi*
       C. Inflasi
       D. Nilai

        3. Himpunan informasi yang berupa pengetahuan ilmiah tentang gejala yang dapat dilihat, dirasakan, atau dialami disebut..

       A. Ilmu Pengetahuan*
       B. Teknologi
       C. Inflasi
       D. Nilai

       4. Ciri-ciri teknologi barat adalah, kecuali..
 
·          A. Bersifat Intensif pada semua kegiatan manusia
·          B. Cenderung bergantung pada sifat ketergantungan
·         C. Selalu berpikir bahwa barat adalah pusat dari segala teknologi
       D. Tidak memiliki inovasi dan terkesan kuno terhadap suatu hal*

       5. Berikut ini yang merupakan macam nilai menurut Notonegoro dalam Kaelan (2000), kecuali..

        A. Nilai Majemuk*
        B. Nilai Vital
        C. Nilai Kerohanian
        D. Nilai Material


BAB X AGAMA DAN MASYARAKAT

10.1 Agama dan Masyarakat

      Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Agama dan masyarakat memiliki keterkaitan yang dibuktikan dengan adanya penulisan sejarah dan figur nabi dalam mengubah kehidupan sosial, argumentasi rasional tentang arti dan hakikat kehidupan bukti tersebut sampai pada pendapat bahwa agama merupakan tempat mencari makna hidup yang final dan ultimate. Peraturan agama dalam masyarakat penuh dengan hidup, menekan pada hal-hal yang normative atau menunjuk kepada hal-hal yang sebaiknya dan seharusnya dilakukan.

      Adanya latar belakang sosial yang berbeda dari masyarakat agama, maka masyarakat akan memiliki sikap dan nilai yang berbeda juga. Terkadang dengan adanya prinsip agama yang berbeda, kepentingannya dapat tercermin atau tidak sama sekali. Perlu adanya pembelajaran mengenai pengaruh struktur sosial tehadap agama agar tidak terjadi konflik baik dalam masyarakat yang menganut agama yang sama maupun masayrakat dengan agama yang berbeda.

10.2  Fungsi Agama

      Terdapat tiga aspek penting untuk mendikusikan fungsi agama dalam masyarakat yaitu kebudayaan, sistem sosial, dan kepribadian. Menurut Roland Robertson (1984), fungsionalisme agama diklasifikasikan menjadi sebagai berikut :
·         Dimensi keyakinan mengandung perkiraan bahwa orang religious akan menganut pandangan teologis tertentu, bahwa ia akan mengikuti kebenaran ajaran-ajaran agama.
·         Praktek agama mencakup perbuatan memuja dan berbakti, yaitu perbuatan untuk melaksanakan komitmen agama secara nyata.

·         Dimensi pengalaman memperhitungkan fakta, bahwa semua agama mempunyai perkiraan tertentu yaitu orang yang benar-benar religious pada suatu waktu akan mencapai pengetahuan yang langsung dan subjektif tentang realitas tertinggi, mampu berhubungan, meskipun singkat, dengan suatu perantara yang supernatural.
·         Dimensi pengetahuan dikaitkan dengan perkiraan bahwa orang-orang yang bersikap religious akan memiliki informasi tentang ajaran-ajaran pokok keyakinan dan upacara keagamaan, kitab suci, dan tradisi-tradisi keagamaan mereka.
·         Dimensi konsekuensi dari komitmen religious berbeda dengan tingkah laku perseorangan dan pembentukan citra pribadinya.

10.3  Kelembagaan Agama

      Lembaga Agama adalah sistem keyakinan dan praktek keagamaan dalam masyarakat yang telah dirumuskan dan dibakukan. Fungsi Lembaga agama adalah:
·         Pengatur tata cara hubungan manusia dengan manusia dan manusia dengan Tuhan.
·         Tuntutan prinsip benar dan salah.
·         Pedoman pengungkapan perasaan kebersamaan di dalam agama diwajibkan berbuat baik terhadap sesama.
·         Pedoman keyakinan manusia berbuat baik selalu disertai dengan keyakinan bahwa perbuatannya itu merupakan kewajiban dari Tuhan dan yakin bahwa perbuatannya itu akan mendapat pahala, walaupun perbuatannya sekecil apapun.
·         Pedoman keberadaan yang pada hakikatnya makhluk hidup di dunia adalah ciptaan Tuhan semata.
·         Pengungkapan estetika manusia cenderung menyukai keindahan karena keindahan merupakan bagian dari jiwa manusia.
·         Pedoman untuk rekreasi dan hiburan. Dalam mencari kepuasan batin melalui rekreasi dan hiburan, tidak melanggar kaidah-kaidah agama.

10.4  Konflik Agama

      Konflik agama adalah suatu pertikaian antar agama baik antar sesama agama itu sendiri, maupun antar agama satu dengan agama lainnya. Konflik agama ini bias terjadi karena ada penyebabnya. Hendropuspito mengemukakan bahwa paling tidak ada empat hal pokok sebagai penyebab konflik sosial yang bersumber dari agama. Teori Hendropuspito dibagi dalam empat hal, yaitu:
·         Perbedaan Doktrin dan Sikap Mental
·         Perbedaan Suku dan Ras Pemeluk Agama
·         Perbedaan Tingkat Kebudayaan
·         Masalah Mayoritas dan Minoritas Golongan Agama
      Setelah melakukan penelitian dan diskusi lintas agama di Indonesia selama bertahun-tahun, bagi Associated Professor yang merupakan alumni UKSW ini, konflik agama di Indonesia disebabkan oleh :
·         Meningkatnya konservatisme dan fundamentalisme agama.
·         Keyakinan bahwa hanya ada satu intepretasi dan kebenaran yang absolute.
·         Ketidakdewasaan umat beragama.
·         Kurangnya dialog antar agama.
·         Kurangnya ruang public dimana orang-orang yang berbeda agama dapat bertemu.
·         Kehausan akan kekuasaan.
·         Ketidakterpisahan antara agama dan Negara.
·         Ketiadaan kebebasan beragama.
·         Kekerasan agama tidak pernah diadili.
·         Kemiskinan dan ketidakadilan.
·         Hukum agama lebih diutamakan ketimbang akhlak orang beragama.

      Konflik agama ini ada baiknya tidak hanya dibiarkan karena akan menimbulkan perang antar suku dan agama yang lebih besar. Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menangani konflik antar agama antara lain :
·         Dalam menangani konflik antar agama, jalan terbaik yang bisa dilakukan adalah saling mentautkan hati di antara umat beragama, mempererat persahabatan dengan saling mengenal lebih jauh, serta menumbuhkan kembali kesadaran bahwa setiap agama membawa misi kedamaian.

·         Tidak memperkenankan pengelompokan domisili dari kelompok yang sama didaerah atau wilayah yang sama secara eksklusif. Jadi tempat tinggal/domisili atau perkampungan sebaiknya mixed, atau campuran dan tidak mengelompok berdasarkan suku (etnis), agama, atau status sosial ekonomi tertentu.

·         Masyarakat pendatang dan masyarakat atau penduduk asli juga harus berbaur
atau membaur atau dibaurkan.
·         Segala macam bentuk ketidakadilan struktural agama harus dihilangkan atau
dibuat seminim mungkin.
·         Kesenjangan sosial dalam hal agama harus dibuat seminim mungkin, dan sedapat – dapatnya dihapuskan sama sekali.
·         Perlu dikembangkan adanya identitas bersama (common identity) misalnya kebangsaan (nasionalisme-Indonesia) agar masyarakat menyadari pentingnya persatuan dalam berbangsa dan bernegara.
      Mengembangkan kegiatan pendamaian itu tidak mudah. Ada beberapa tahapan atau perkembangan yang dapat kita amati yaitu:
1.      Peace making (conflict resolution) yaitu memfokuskan pada penyelesaian masalah – masalahnya (isunya: persoalan tanah, adat, harga diri, dsb.) dengan pertama-tama menghentikan kekerasan, bentrok fisik, dll. Waktu yang diperlukan biasanya cukup singkat, antara 1-4 minggu.
2.      Peace keeping (conflict management) yaitu menjaga keberlangsungan perdamaian yang telah dicapai dan memfokuskan penyelesaian selanjutnya pada pengembangan/atau pemulihan hubungan (relationship) yang baik antara warga masyarakat yang berkonflik. Untuk itu diperlukan waktu yang cukup panjang, sehingga dapat memakan waktu antara 1-5 tahun.
3.      Peace building (conflict transformation). Dalam usaha peace building ini yang menjadi fokus untuk diselesaikan atau diperhatikan adalah perubahan struktur dalam masyarakat yang menimbulkan ketidak-adilan, kecemburuan, kesenjangan, kemiskinan, dsb. Waktu yang diperlukan pun lebih panjang lagi, sekitar 5-15 tahun.

10.5  Pendapat Mahasiswa Mengenai Agama dan Masyarakat

      Adanya latar belakang sosial yang berbeda dari masyarakat agama, maka masyarakat akan memiliki sikap dan nilai yang berbeda juga. Karena adanya perbedaan ini, konflik antar agama menjadi mudah terjadi. Dari perbedaan ini timbul beberapa penyebab lain terjadinya konflik agama. Salah satunya adalah kurangnya dialog antar agama. Kurangnya dialog agama ini dapat menimbulkan rasa keyakinan hanya ada satu intepretasi dan kebenaran yang absolute. Penyebab ini sebenarnya dapat diatasi dengan cara mengadakan ruang publik dimana orang-orang yang berbeda agama dapat bertemu, sehingga dapat mempererat persahabatan dengan saling mengenal lebih jauh antar agama, serta menumbuhkan kembali kesadaran bahwa setiap agama membawa misi kedamaian.

Referensi :

      SOAL

     1. Berikut yang merupakan penyebab konflik sosial yang bersumber dari agama menurut Teori Hendropuspito, kecuali..
  
      A. Perbedaan Doktrin dan Sikap Mental

·         B. Perbedaan Suku dan Ras Pemeluk Agama
·        C. Perbedaan Tingkat Kebudayaan
     D. Perbedaan Tingkat kemakmuran*
\   
     2. Istilah Agama dalam Bahasa sansekerta terdiri dari kosa kata "a" yang artinya..

     A. Selalu
     B. Pasti
     C. Tidak*
     D. Mungkin

     3. Mayoritas Agama Islam yang dapat dijumpai di wilayah Barat Indonesia seperti pada..

     A. Jawa dan Sulawesi
     B. Jawa dan Papua
     C. Jawa dan Sumatera*
     D. Jawa dan Nusa Tenggara

     4. Agama dalam masyarakat bisa difungsikan sebagai berikut, yang merupakan bukan termasuk fungsinya adalah..

     A. Fungsi Obligatif*
     B. Fungsi Edukatif
     C. Fungsi Pengawasan Sosial
     D. Fungsi Memupuk Persaudaraan

     5. Mayoritas Agama Kristen dapat dijumpai di Pulau Sumatera, tepatnya di Provinsi..

     A. Sumatera Barat
     B. Sumatera Utara*
     C. Sumatera Selatan
     D. Bengkulu


   Nama : Rinto Setyo Wibowo
   NPM : 16415028
   Kelas : 1IB01 
 
·